Monday, May 10, 2010

Tuhan juga genit...


Dalam sebuah perbincangan dengan seorang perempuan yang concern terhadap isu emansipasi, sang perempuan melontarkan pertanyaan menggelitik. “Tahu nggak lo Ka, bahwa Tuhan itu perempuan?”

“Baguslah, terima kasih kalo Tuhan itu perempuan...karena saya suka perempuan. Saya punya anak kan dari perempuan. Untung Tuhan bukan laki-laki, karena saya tidak suka laki-laki.” Akhirnya kami yang terlibat pembicaraan tergelak.

Sebuah konsepsi menarik, meskipun seumur hidup saya, saya baru tahu adanya konsepsi perwujudan Tuhan dalam bentuk kelamin perempuan. Tapi kalau dipikir, konsepsinya ada benarnya. Kita lihat saja sekeliling kita. Isi bumi yang kita tempati memang serba indah dan bersolek. Konotasi kata indah dan bersolek cenderung kita temukan pada figur perempuan. Bumi ini tidak melulu berisi tanah atau elemen minyak semata. Tapi disolek oleh Tuhan dengan batuan, air, tumbuhan, binatang, kembang bahkan unsur cahaya. Batuannya tidak seragam. Ada batu kerikil, batu kali, batu gunung, batu kambang, batu karang sampai batu cincin. Air pun bukan hanya air tergenang sebesar danau Toba, tapi air selokan, air kali, air gunung, mata air, air comberan bahkan air mata. Cahaya juga begitu. Cahaya matahari, bulan, bintang, cahaya lilin, cahaya lampu dan lain-lain dengan ragam warna mulai dari merah, jingga, ungu, biru, pink sampai hijau lumut.

Jika Tuhan dikonsepsikan perempuan...Tuhan pasti genit. Lihat saja pada sistem tata surya bagaimana Tuhan membuat Matahari pelan-pelan tenggelam di Pantai Kuta dengan mengeluarkan warna jingga sampai kemerahan yang membuat manusia tertarik berkerumun untuk melihat Surya mengintip di tengah laut. Atau pada saat Bulan sedang genit purnama menarik anak-anak kampung bermain di bawahnya. Atau ketika sedang Gerhana Bulan yang memikat orang untuk meneropong lewat lubang berdiameter hanya 2cm, bahkan juga lewat carikan kertas diberi plastik warna hitam untuk melihat kemolekannya.

Yang menggelitik adalah, kalau Tuhan itu perempuan lantas Tuhannya siapa? Apakah Tuhannya kaum perempuan, Tuhannya laki-laki? Bagaimana dengan kaum di tengah-tengah antara laki dan perempuan? Ahh...lebih baik jangan berpikir kejauhan. Toh, tak pernah berjumpa dengan Tuhan. Namun saya yakin bahwa Tuhan adalah kekuatan yang menggerakkan kaki untuk melangkah ke masjid. Tuhan adalah kekuatan yang mendorong kaki memakai sepatu melangkah ke dalam gereja. Saya yakin bahwa Tuhan lah yang menangkupkan kedua tangan hambanya di atas kepala di sebuah pura. Atau Tuhanlah yang memakaikan kafiyeh kepada para pengembara di gurun pasir. Tuhan pulalah yang ada di setiap kata-kata kebenaran.

Kekuatan Tuhanlah yang menggerakkan uluran tangan seorang penumpang bus ke tangan pengemis buta yang menengadah lewat jendela. Tuhanlah yang ada di setiap lembar uang ribuan yang dikorup oleh para bajingan! Tapi bukan Tuhan yang ada di setiap bilah senjata tajam dan tumpul yang diacung-acungkan sambil meneriakkan kalimat-kalimat yang seharusnya menjadi pujian bagiNya. Dan bukan Tuhan yang ada di setiap ujung senjata untuk membunuh orang tidak berdosa atau di ujung lidah kata-kata fitnah. Apalagi di ujung hulu ledak nuklir...

Thanks God it’s lunch….
Aku meyakini kekuatanMu di setiap beras di ujung sendok yang disediakan si Marno…

(Foto diambil dari: www.pariwisata-indo.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...