Friday, October 30, 2009

Nonton F1 di Malaysia secara backpacker

Kali aja bermanfaat buat temen-temen.
Guys, balapan F1 sebentar lagi bakalan dibuka. Putaran pertama bakalan digelar di Australia (Albert Park) 29 Maret dan disusul GP Malaysia pada 5 April. Biasanya, orang-orang Indonesia banyak yang pergi nonton F1 ke Sepang, Malaysia, soalnya budgetnya lebih murah.

Saya ingin bagi-bagi pengalaman buat temen-temen yang pengen nonton GP Malaysia di Sepang International Circuit dengan backpacker alias ngemiskin alias berhemat. Kali aja bisa bermanfaat.
Tahun 2008 lalu, saya nonton F1 di Malaysia secara backpacker alias ngemiskin. Biasanya lima tahun terakhir selalu dibayarin kantor. Ya itu ujung-ujungnya kerja, ngeliput, wawancara dan lain-lain. Otomatis karena dibayarin kantor mulai dari tiket pesawat, hotel, penginapan dan makan, jadi tinggal bawa diri doang. Saya kagak mikir yang laen.

Tapi di tahun 2008, saya nonton backpacker bareng istri dan satu keponakan, yang saya racunin dan akhirnya tergila-gila sama F1. Sebulan sebelum berangkat sama bini dan satu keponakan ke Kuala Lumpur (KL), saya sudah cari-cari hotel menginap. Tentunya hotel murah, kalau mahal pastinya enggak kuat. Pertama-tama telpon Hotel Ancasa yang letaknya di tengah pusat kota KL dan hotel itu biasanya saya pakai menginap kalau tugas kantor. Ternyata full book. Dari sejumlah hotel yang kita berdua cari di internet, ternyata semuanya full book. Akhirnya gw kontak teman saya yang orang asli Malaysia dan tinggal di KL untuk mengorek info tentang hotel-hotel murah.

Ia mengirimkan sederet nama motel murah di KL. Dari beberapa nama yang ia berikan, hanya nama Replica Inn yang nyangkut, sisanya full book. Maklum pada minggu ketiga bulan Maret KL mengalami demam F1 alias F1 season. Kamar yang tersisa di Replica Inn pun tinggal dua, jadi kita tak bisa memilih. Harganya RM 110 (alias Rp 300 ribu) per malam. Replica Inn letaknya di daerah Pecinan KL atau di daerah Petaling dan ternyata di sini banyak banget hotel-hotel budget alias murah. Setelah mendapat tempat menginap, saya membrowsing peta, info transportasi di seputaran KL dan info transportasi ke trek.

Tanggal 21 Maret (hari Jumat), kami bertiga pun terbang ke KL dengan penerbangan murah AirAsia. Bagi istri saya ini adalah nonton langsung F1 keduanya setelah sebelumnya ia pernah nonton di Australia, tapi bagi keponakan saya ini yang pertama kali.

Kami tiba di KL pukul 11 siang dan tentunya karena naik penerbangan murah, kami tidak mendarat di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang sarananya serba “wah”, melainkan di Low Cost Carrier Terminal (LCCT) yang merupakan terminal khusus bagi penumpang Airasia. Dari situ, kita naik bus yang juga low cost carrier yang disediakan oleh Air Asia ke Stasiun Sentral KA (seperti Gambirnya Malaysia) atau disebut juga KL Sentral dengan harga 9 ringgit (Rp 27.000). Saya saranin jangan naik selain yang disediakan Air Asia. Selain katanya keamanan kurang terjamin, awak busnya suka licik. Ngetemnya juga suka lama.

Setibanya di Stasiun Sentral, saya beli tiket shuttle sebesar 100 ringgit (sekitar Rp 300rb). Tiket ini berfungsi untuk nonton F1 di Sepang selama tiga hari dari Jumat sampai Minggu saja. Dengan tiket ini kita bisa pake buat naik Kereta Api Transit or KL Transit yang berhenti di setiap stasiun dari KLIA ke KL Sentral dan dilanjutkan dengan shuttle bus ke Sirkuit Sepang secara PP selama tiga hari. Dengan tiket shuttle ini, cost bisa ditekan. Soalnya untuk naik KL Transit sekali jalan, bukan PP kita harus merogoh kocek 38 ringgit (about Rp 65 ribuan) sekali trip doang. Belom termasuk shuttlenya ke Sirkuit Sepang dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Jadi gw saranin beli, tiket train shuttle yang tiga hari itu. Kalau naik taksi lebih gila lagi, bisa 150 sampe 200 ringgit sekali jalan ke sirkuit dan pulangnya bisa lebih gila lagi.

Sampe di KL Sentral, kami tinggal naik kereta api komuter ke pasar seni yang jaraknya cuma selemparan batu alias hanya satu stasiun. Harga tiketnya murah banget cuma 1 ringgit (sekitar Rp 3000). Dari situ gw tinggal geret koper ke tempat nginep di Replica Inn, China Town. Dan ternyata hotel gw jaraknya cuma 50 meter dari Hotel Ancasa. Di daerah Petaling ini banyak makanan enak dan murah-murah, pokokenya murah lah. Kalo kita sendiri, hampir setiap hari makan makanan Thailand yang dijamin halal di depan Stasiun Pasar Seni. Selain murah, porsinya juga cukup buat orang yang kelaperan.

Untuk nonton sesi kualifikasi hari Sabtu, kami tinggal naik kereta api komuter dari pasar seni ke KL Sentral dengan mengeluarkan duit cuma 1 ringgit. Dari KL Sentral (Gambirnya KL), kami naik kereta api ke KL Transit ke KLIA (bandara internasional KL) dan dari situ kami naek shuttle bus yang disediakan oleh pemerintah Malaysia ke Sepang. Pulangnya juga begitu da berlangsung selama tiga hari dari Jumat sampe Minggu. Shuttle bus ini berangkat setiap 10 - 15 menit sekali dan biasanya penuh. Kalo di trek Sepang, Anda mendapatkannya di depan sirkuit, yang jalannya lumayan jauh sekitar 300 meteran lah.

Atau kalo temen-temen punya duit lebih dan tidak mau ribet, ikutan aja paket paket dari majalah F1 Racing yang biasanya bekerjasama dengan lembaga perbankan BII atau BCA. Kalau mau tau infonya lebih seru, telpon aja ke kantor F1 Racing 021 – 72787008.
Selamat menonton dan jadi bekpeker…

Panduan 2008
1 Tiket PP Airasia Rp 1.300.000,00 / orang
2 Tiket KL Transit + Shuttle Bus 100 ringgit (Rp 300.000) selama tiga hari
3 Budget Hotel 100 ringgit (Rp 300.000)/ malam – bisa tiga orang sekamar
4 Makan 3 hari 200 ringgit (Rp 600.000) selama tiga hari
5 Transportasi ngalor-ngidul 200 ringgit (Rp. 600 ribu) per orang selama 3 hari

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...