Wednesday, October 28, 2009

Ban Mobil F1: Dari pohon karet sampai ke sirkuit



Ban mobil Formula 1 bukan cuma hitam dan bundar, tapi diproduksi dengan filosofi yang sangat dalam dan ban adalah satu-satunya komponen di mobil Formula 1 yang menghubungkan mobil dengan permukaan aspal sirkuit sehingga mobil bisa melesat di atas trek. Jika dilihat dari luar, bentuk ban road car (mobil standar jalan raya) dan ban mobil F1 hampir mirip; sama-sama hitam, bundar dan fungsinya juga serupa. Tapi sebenarnya, filosofi yang melatar-belakangi ban kedua jenis mobil ini berbeda.
Secara filosofis, ban road car didesain agar memiliki daya tahan ribuan kilometer (60.000 – 100.000km) dan memberikan grip di berbagai macam permukaan jalan baik aspal, jalanan tanah (gravel), batu dan bahkan lumpur serta di berbagai macam kondisi (basah, kering, dingin atau panas). Sedangkan ban F1 didesain dan diproduksi dengan daya tahan 90 -120km dengan grip semaksimal mungkin setiap saat. Tipe yang dipakai pun berbeda-beda, tergantung kondisi trek balapan dan cuaca. Oleh karena itu, pilihan set ban yang dipakai oleh tim-tim F1 di setiap balapan lebih banyak dibandingkan set ban yang dipakai road car.

Tapi pada prinsipnya (prinsip ini juga berlaku pada ban road car), semakin banyak kandungan karet sebuah ban maka grip ban semakin tinggi. Untuk mendapatkan grip semaksimal mungkin, ban harus selebar mungkin. Tapi di F1, terdapat regulasi yang dikeluarkan oleh FIA yang membatasi lebar ban mobil F1, jadi lebar ban tak bisa semau gue. Dan lebar ban itu harus dikompromikan dengan daya tahan sehingga tidak cepat aus karena harus menanggung beban kerja yang amat ekstrim.

Kompon ban F1 mengandung lebih dari 150 material yang dicampur menjadi satu; dan material-material itu pada umumnya terangkum ke dalam tiga elemen utama; yaitu karbon, minyak dan sulphur. Elemen-elemen itu dibalut oleh struktur yang terdiri dari nylon dan polyester dan dibalut kerangka ban. Kompon ban kerap kali diistilahkan dengan kata ‘soft’ (lembut) dan ‘hard’ (keras) dan tingkat kekerasan maupun kelembutan kompon itu bukan diukur lewat sentuhan tangan, melainkan dari perilaku ban di atas lintasan. Ban berkompon lebih keras biasanya lebih tahan lama dibandingkan ban berkompon lebih lunak, tapi gripnya lebih lemah dibandingkan ban berkompon soft.

Lantas bagaimana ban F1 diproduksi? Proses memproduksi ban dimulai dari perkebunan-perkebunan karet di kawasan Asia Tenggara. Batang-batang pohon karet ditoreh untuk mengalirkan getah latex berwarna putih yang kemudian dikumpulkan untuk dibawa ke pabrik pengolahan. Sesampai di pabrik, latex dicampur dengan karbon, minyak, sulfur dan bahan-bahan kimia lainnya dan menjalani sejumlah proses produksi. Unsur-unsur yang menjadi bahan campuran untuk membuat ban dan proses produksinya secara mendetail tak bisa diketahui oleh masyarakat luas karena menjadi rahasia pabrikan. Begitu pun dengan material dan proses produksi ban F1.

Secara garis besar, dari proses percampuran unsur tadi akhirnya diolah dan dihasilkan lembaran-lembaran karet berwarna hitam. Lembaran-lembaran itu kemudian dipanaskan dan dijahit dengan nylon, polyester atau bahkan baja agar ban menjadi kuat. Lembaran-lembaran yang telah dijahit itulah yang akhirnya dibentuk menjadi ban.

Bagian dalam ban yang disebut ‘bead ring’ diproduksi secara terpisah dari ‘tread’. Bead ring dibentuk dengan melapisi kawat-kawat tebal dengan campuran karet dan kemudian digulung di atas template. Lembaran-lembaran karet yang telah dijahit dan bead ring disatukan, baru setelah itu bagian permukaan ban dicetak untuk membuat alur ban. Tahap selanjutnya adalah proses vulkanisasi di mana ban dipanaskan dan mendapatkan tekanan di mesin khusus. Proses pemanasan dan pemberian tekanan itu pun di atur sesuai dengan kebutuhan ban itu sendiri dan dari sinilah akhirnya keluar ban mobil Formula One yang sudah siap pakai.

Do you know?
Bridgestone mengimpor karet dari Asia Tenggara, yang kemudian menjalani proses produksi di Bridgestone Technical Centre & Plant, termasuk proses desainnya. Untuk mendapatkan ban terbaik proses desain ban mengkombinasikan pengalaman Bridgestone di setiap trek dengan data-data dari hasil uji coba yang dilakukan oleh tim. Ban pun harus menjalani tes simulasi, di mana di dalam proses ini kompon dan konstruksi ban bisa berubah sesuai dengan kebutuhan.

Setelah menjadi ban yang siap pakai, ban di kapalkan dari Bandara Narita, Jepang ke Langley, Inggris untuk disimpan. Fasilitas Langley bukan hanya sekedar gudang ban F1 buatan Bridgestone, melainkan juga sebagai kantor engineer dan karyawan. Letak fasilitas ini hanya sekitar 7 kilometer dari Bandara Heathrow, London, Inggris. (Eka Zulkarnain, penulis dan wartawan F1 Racing Indonesia)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...