Friday, October 30, 2009

Kerja Ekstrim Pelumasan Mobil F1



Kerja mesin F1 yang maha ekstrim membutuhkan alat proteksi agar mobil tetap reliable. Penangananya tidak sembarangan, bahkan sang pemasok sampai ‘menggadang-gadang’ laboratorium khusus ke setiap balapan.

Pelumasan di mobil F1 memegang peranan sangat penting. Ia harus mendukung kerja mesin sebagai jantungnya mobil sehingga mobil tidak hanya bisa berjalan dengan baik, tetapi juga memiliki daya tahan yang tinggi. Bila karakteristik pelumas tidak tepat, mobil F1 pun tidak reliabel, jadi pelumas harus betul-betul memberikan dukungan dan proteksi terhadap performa mobil di bawah kondisi ekstrim.

Pelumas diibaratkan sebagai darah di tubuh manusia dan mesin adalah jantungnya. Fungsi pelumas adalah melindungi komponen-komponen yang bergerak yang saling beradu agar tidak aus, mengurangi friksi, memaksimalkan kompresi dan mendinginkan mesin. Fungsi pelumas untuk mobil jalan raya dan mobil F1 sama, tapi karakteristiknya berbeda karena tuntutan kerja di mobil F1 puluhan kali lipat lebih berat dibandingkan road car.


Meski berat mesin F1 hanya 90kg atau setengah berat rata-rata roadcar hatchback, tapi mampu memuntahkan tenaga sampai 900 daya kuda alias 10 kali lipat lebih tinggi dari roadcar dan putaran mesin maksimal sampai 19000rpm. Diangka tersebut, mesin mobil jalan raya mungkin sudah meledak. Tak heran jika kemudian mobil F1 menghabiskan 1200 liter bahan bakar, 60-80 liter oli mesin dan 30 liter oli transmisi per weekend race.

Untuk mendukung paket mobil yang mumpuni, hampir semua tim F1 menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan suplier pelumas. Tim Ferrari menggandeng Shell; Honda menggandeng Eneos dari Jepang; McLaren-Mercedes menggandeng ExxonMobil; Renault dengan Elf dan Williams-Toyota dengan Castrol.

Bersama tim, perusahaan-perusahaan tersebut berkompetisi membuat paket pelumas yang terbaik dan paling cocok karena F1 menuntut konsistensi yang permanen dan solusi-solusi yang dikembangkan secara berkelanjutan. Mereka berlomba membuat ‘olahan’ oli yang sesuai tuntutan F1 baik di setiap grand prix maupun sesuai regulasi yang diterapkan FIA. Jadi pelumas yang dipakai oleh mitra-mitra tim bukan hanya oli yang asal tuang ke dalam mesin.

Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut secara konstan memonitor, menganalisa dan meneliti setiap aspek pelumas dengan tujuan menjamin optimalisasi pemakaian pelumas tersebut di mobil F1. Kegiatan konstan itu ditangani oleh tim ilmuwan yang sudah ahli di bidangnya yang diseleksi secara khusus dan didukung oleh pendanaan yang tinggi serta melibatkan departemen R& D tersendiri. Bahkan mereka membawa laboratorium bergerak ke setiap grand prix untuk mendukung monitoring dan penelitian tersebut.

Sejak motorsport tercanggih ini dinobatkan namanya menjadi Formula 1 tahun 1950, balapan ini telah melibatkan 32 perusahaan suplier oli. Dan dalam dua tahun terakhir ini tercatat nama Elf, Shell, Esso, Eneos, Castrol, Petronas, Total dan Petrobras yang menjalin kerjasama strategisnya dalam bentuk sponsorship maupun kemitraan teknik.

Elf telah terlibat di Formula One selama lebih dari 35 tahun, dan selama kurun waktu itu Elf selalu bermitra dengan Renault. Sementara itu, keterlibatan Castrol di Formula 1 sudah terjadi pasca 1945 ketika nama balapannya masih Formula A, yaitu balapan single seater dengan mesin super-charge 1.5 liter. Sejak 1997, Castrol menjalin kemitraan strategis dengan tim Williams yang menghasilkan 17 kemenangan GP.


Kemitraan antara ExxonMobil dengan McLaren dan Mercedes-Benz telah berjalan selama 12 tahun lewat brand Mobil 1. Selama kurun waktu itu, kemitraan Mobil 1, McLaren dan Mercedes-Benz telah berkompetisi di lebih dari 200 grand prix dan memenangi lebih dari 50 balapan.

Namun kemitraan perusahaan pelumas – tim F1 yang paling lama dan paling sukses adalah antara Shell dengan Ferrari. Kemitraan itu telah berjalan selama 60 tahun. Shell adalah sponsor pertama Enzo Ferrari ketika pendiri perusahaan Ferrari itu masih bekerja di Alfa Romeo tahun 1930-an. Setelah Enzo membentuk tim balap sendiri yang diberi nama Scuderia Ferrari tahun 1940-an, kemitraan terus berlanjut.


Menurut situs www.chicanef1.com, kerjasama antara Ferrari dengan Shell telah terjalin sejak tahun 1950 telah menghasilkan 971 kali balapan baik di F1 maupun di balapan turing. Shell dan Ferrari mulai bermitra dalam balapan F1 sejak tahun 1950 sampai 1973 dengan kontrak inklusif dan sejak tahun 1996 sampai sekarang, kemitraan telah berkompetisi di lebih dari 395 grand prix dan memenangi lebih dari 135 balapan serta mengumpulkan lebih dari 2200 poin. Selain itu, kemitraan juga sukses mempersembahkan 12 kali Juara Dunia Pembalap dan 8 Juara Konstruktor bagi Ferrari.

Sebanyak 72 kemenangan di antaranya dipersembahkan oleh Michael Schumacher. Yup, kemitraan Shell dengan Michael Schumacher adalah kemitraan pembalap –perusahaan pelumas paling sukses di lintasan F1. Bersama Shell, Michael meraih 53 fastest lap dan lima kali juara dunia.

Setelah kematian Ayrton Senna, Schuey adalah pembalap paling konsisten di jagat F1.
Kehebatan Schuey di atas trek tidak terlepas dari kepiawaiannya dalam mengolah setiap data, lalu mendiskusikan secara intensif dengan engineer untuk mencapai solusi terbaik. Tak jarang diskusi itu memakan waktu berjam-jam dan sampai larut malam. Peran Schuey sebagai pembalap tak hanya sebatas dengan menginjak pedal gas di uji coba, practice, kualifikasi dan race. Ia adalah motor penggerak tim sehingga tak heran jika setelah pensiun, Schumy malah menjadi konsultan tim Ferrari pada musim 2008 ini.

Lantas bagaimana Shell bisa memberikan kemenangan kepada Ferrari? Pada setiap balapan, Shell membawa serta laboratorium bergerak yang diberi nama Shell Track Lab –yang letaknya bersampingan dengan transporter Ferrari- untuk menganalisa sample bahan bakar dan oli setiap race weekend. Para ilmuwan Shell menganalisa sampel bahan bakar Shell V-Power, pelumas Shell Helix dan oli girboks Shell Spirax yang dipakai di mobil lebih dari 40 kali tes per weekend race untuk memastikan pembalap senantiasa tampil maksimal.


Setiap data dari race weekend itu dikirimkan ke laboratorium dan fasilitas Shell di seluruh dunia untuk diteliti oleh 40 ilmuwan Shell. Hasil analisa itu di uji coba bersama-sama dengan tim Scuderia Ferrari di Maranello dan setelah itu dipakai oleh mobil Ferrari yang turun di lintasan.. Sebagai contoh, pada musim 2005, produsen pelumas Shell Helix Ultra, Shell Helix Plus, Super, Diesel Plus dan Helix Diesel Super ini mengolah 40 ton pelumas mesin dan girboks untuk Ferrari atau sama dengan berat 27 road car kecil.


Yang jadi pertanyaan sekarang adalah apakah kemitraan-kemitraan antara perusahaan multinasional itu dengan tim F1 memberikan manfaat pada industri otomotif? Jawabannya pasti! Balapan Formula 1 merupakan bagian penting dari program riset untuk mendapatkan sampel-sampel terbaik yang bisa diterapkan pada teknologi mesin otomotif dan industri. Teknologi F1 di bidang otomotif lebih maju beberapa langkah daripada teknologi otomotif road car. Misalnya, pelumas yang digunakan pada kerja mesin F1 yang maha berat bisa diadaptasi pada kerja mesin mobil dan industri yang serupa.

Shell menyebutkan bahwa bahan bakar yang dipakai di mobil Ferrari 99 persen tipe komponnya sama dengan bahan bakar yang dijual Shell untuk mobil roadcar. Dan tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam kemitraan dengan Ferrari juga dilibatkan dalam membuat produk bahan bakar dan oli untuk road car. Dan ini artinya, teknologi F1 memberikan manfaat penting bagi pertumbuhan industri road car. (Eka Zulkarnain, F1 Racing Indonesia)

Do You Know?
* Shell menyediakan lebih dari 181.000 liter bahan bakar Shell V-Power kepada Michael Schumacher selama ia bergabung dengan Ferrari.
* Setiap tahun, Shell mengolah 250.000 liter bahan bakar Shell V-Power untuk tim Ferrari baik untuk race maupun uji coba


* Mobil F1 bisa berakselerasi dari posisi 0km – 160km/j hanya dalam waktu 3,5 detik, sedangkan 0-100km/j dalam dua detik. Kecepatan paling maksimal dalam sejarah F1 ditorehkan Antonio Pizzonia dengan mobil BMW di GP Italia 2004 dengan kecepatan 369,9km/j.
* Mobil Ferrari pertama yang menggunakan bahan bakar dan pelumas Shell yang menjadi juara GP F1 adalah Ferrari 275 yang dikemudikan Jose Groilan Gonzales
* Pada musim 2008, Shell Track Lab mendapatkan tambahan alat baru penganalisa oli RDE (rotating disc electrode) yang menggunakan teknik optikal emission spectometer (OES). Alat canggih ini berfungsi mempertinggi pendeteksian keausan logam di dalam mesin.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...