Wednesday, October 28, 2009
Helm, melindungi Felipe Massa dari kematian
Kematian Henry Surtees, putra juara dunia Formula One 1964 John Surtees, di ajang balapan F2 di Sirkuit Brands Hatch, Inggris, 19 Juli lalu gara-gara terhantam ban terbang serta insiden yang dialami pembalap Ferrari Felipe Massa pada Q2 sesi kualifikasi Grand Prix Hungaria hari ini membuat publik kembali menyoroti keselamatan di motorsport khususnya Formula One.
Surtees junior meninggal dunia ketika mobil yang dikemudikannya sedang melaju di atas 200km/j dan kepalanya dihantam oleh ban yang terlepas dari mobil Jack Clarke yang melintir dan menghantam tembok pembatas saat keluar dari tikungan Westfield Bend. Sedangkan Felipe Massa nyaris tidak sadarkan diri ketika kepalanya dihantam oleh per dari damper mobil Rubens Barrichello, yang beratnya 800gram saat mendekati Tikungan 4 Sirkuit Hungaroring, Hungaria dalam kecepatan sekitar 200km/j dan mobilnya langsung secara frontal menghantam tyre wall (dinding pembatas terbuat dari ban). Massa pun dilarikan ke rumah sakit.
Anda dapat membayangkan jika kepala Surtees dan Massa tak dilengkapi dengan helm homologasi FIA? Dijamin hancur berkeping-keping seperti buah semangka yang dijatuhkan dari ketinggian 10 meter ke permukaan aspal. Lantas kenapa Surtees meninggal dunia, Massa tidak? Mungkin disebabkan bobot benda yang menghantam kedua pembalap berbeda. Tapi apapun benda terbang tersebut, helm sebagai salah satu bagian dari peranti keselamatan di dalam balapan telah mengemban fungsi sebagai peranti yang mencegah terjadinya insiden yang lebih fatal lagi.
Helm adalah satu-satunya pelindung kepala pembalap. Selain menjadi salah satu tanda pengenal bagi penonton dan komentator di trek, helm menjadi bagian paling penting bagi keselamatan pembalap dan juga berpengaruh besar terhadap aerodinamika mobil. Area di sekitar helm adalah salah satu area turbulensi udara paling rumit di mobil F1 sehingga helm didesain sedemikian rupa untuk mengurangi efek negatif turbulensi udara tersebut. Selain berfungsi sebagai alat keselamatan dan aerodinamika, helm pembalap F1 juga dibuat sedemikian rupa agar bisa menggiring angin ke dalam airbox yang terletak di atas kepala pembalap guna meningkatkan tenaga mesin dan muaranya mempengaruhi kecepatan mobil secara keseluruhan. Helm juga dibuat sedemikian rupa agar pembalap bisa bernafas secara leluasa, nyaman tidak mempengaruhi performa serta membuat pembalap bisa minum sepanjang balapan.
Helm setiap pembalap F1 dibuat khusus sesuai dengan kebutuhan pembalapnya. Bukan hanya wajib nyaman, melainkan juga memberikan perlindungan semaksimal mungkin. Jika helm-helm yang dipakai oleh pengedara motor pada umumnya terdiri dari tiga lapisan –bantalan, cangkang dalam dan cangkang luar, helm F1 terdiri dari tidak kurang dari 17 lapisan. Namun karena teknologi helm F1 sifatnya sangat rahasia, pabrikan pembuatnya tak mengungkapkan lapisan dan material yang dipakai. Yang umumnya dikenal hanya tiga substansi yaitu serat karbon untuk kekokohan helm, aramide anti api dan polyethylene, yang biasanya juga dipakai untuk membuat rompi anti peluru.
Pemakaian serat karbon membuat helm sangat ringan, hanya 1,25kg! Tapi bisa menahan benturan ekstrim keras. Saat helm diproduksi, 120 material serat karbon dilem disatukan setelah itu helm dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu konstan 132 derajat Celcius agar setiap lapisannya merekat satu sama lain dan mengeras. Bantalan dalamnya terdiri dari dua lapisan Nomex anti api dan sistem ventilasi di desain sedemikian agar lima liter udara segar bisa masuk sehingga pembalap tidak sesak nafas. Tingkat kebisingan di dalam helm pembalap F1 saat ini di bawah 100 desibel.
Kaca helm juga dibuat sedemikian rupa agar pembalap tak kesulitan melihat. Tebal kaca helm 3mm terbuat dari polycarbonate anti api. Warna kaca bisa menyesuaikan diri dengan kondisi di luar helm dalam waktu sepersekian detik, sama dengan kacamata sunglasses, hanya lebih cepat. Misalnya, saat memasuki terowongan Monaco, kaca bisa menjadi terang dan hitam lagi dalam hitungan sepersekian detik saat mobil keluar terowongan jadi pembalap tidak silau.
Sebelum dihomologasi oleh FIA, helm harus lolos sejumlah uji benturan. Dalam sebuah tes bernama ‘uji tembus’, sebuah benda logam lancip seberat 3kg dijatuhkan dari ketinggian tiga meter ke helm dan tidak boleh pecah. Tali pengikat helm di dagu tidak boleh melar lebih dari 30mm jika mendapat beban 38kg. Kaca helm dibombardir dengan peluru dengan kecepatan 500km/j dan titik tembusnya tidak boleh lebih dari 2,5mm. Untuk uji anti api, helm dibakar di api bersuhu 800 derajat Celcius selama 45 detik dan selama terbakar, temperatur di dalam helm tak boleh lebih dari 70 derajat Celcius. Kini moncong helm pembalap F1juga dibuat seperti helm pilot pesawat tempur agar pembalap tetap bisa bernafas leluasa waktu helm ditutup rapat untuk meredam suara bising. (Eka Zulkarnain, wartawan F1 Racing Indonesia)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment